Korban Konflik Beragama Kerap Diabaikan

Ilustrasi korban penganiayaan.

Minggu, 11 Desember 2022 – 23:47 WIB

VIVA Nasional – Korban dalam konflik sosial merupakan bagian yang krusial dalam peliputan konflik. Berita yang dipublikasikan oleh jurnalis harus bisa menguatkan korban. Yaitu dengan menggambarkan realitas secara akurat dan objektif seraya tetap berpihak kepada korban.

Hanya saja, terkadang hal ini abai dilakukan. Para korban kerap mendapat sedikit porsi dalam pemberitaan, khususnya pemberitaan konflik beragama atau konflik sosial.

“Kebanyakan di berita kita, korban tidak cukup dikasih ‘suara’.” kata pemerhati media, Savic Ali dalam acara bedah modul pedoman peliputan media toleran yang digelar Kemenag RI di Bogor, Minggu 11 Desember 2022.

“Misalnya dalam konflik dengan kaitan aliran sesat, para korban sedikit dikasih porsi,” lanjutnya.

Savic Ali menambahkan, terkadang media justru memberikan porsi lebih pemberitaan dari pihak berwenang dan lembaga keagaaam. Di sisi lain, pihak korban kerap terabaikan. Ini dianggapnya menjadi kekeliruan dalam peliputan konflik.

“Umumnya media memilih aparat kemudian MUI. Sementara korbannya nyaris tidak terdengar. Padahal di konflik aliran keagamaan, ada banyak vairan-varian. Mereka terkadang dikaitkan dengan kelompok yang dianggap sesat.”

Sumber: www.viva.co.id