Senin, 2 Januari 2023 – 19:05 WIB
VIVA Nasional – Beberapa kebijakan Pemerintah di tahun 2022 kemarin berhasil membuat gerah negara-negara Eropa. Sejumlah kebijakan yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengguncang negara-negara Uni Eropa dan Asia adalah menghentikan ekspor beberapa komoditas andalan Indonesia mulai dari batu bara, Crude Palm Oil (CPO), hingga bijih bauksit.
Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Indinesia (UI) Lisman Manurung menyoroti perjuangan Jokowi dalam kebijakannya lakukan hilirisasi demi menjaga kedaulatan energi Indonesia. Menurutnya, pembatasan atau embargo yang dilakukan oleh pemerintah terhadap beberapa komoditas tambang sangat tepat dan menjadi catatan emas bahwa Indonesia bisa mandiri mengelola Sumber Daya Alam-nya sendiri.
“Pembatasan atau embargo ini adalah dalam rangka hilirisasi industri kita, agar ekspor SDA kita dalam bentuk mentah, tidak membuat generasi mendatang mengutuk kita karena malas bekerja. agar ada komponen keringat kita pada ekspor berbahan nikel,” kata Lisman Manurung kepada wartawan, Senin 2 Januari 2023
Aktivitas pertambangan di Maluku Utara yang melakukan ekspor bijih nikel.
Menurut Lisman, sangat wajar bila pemerintah ingin melakukan hilirisasi industri dalam negeri untuk kepentingan masyarakatnya, salah satunya adalah membuka lapangan kerja baru.
“Kita mau melakukan hilirisasi industri dalam negeri terkait bahan nikel agar ada banyak pekerjaan di sini. Apakah adil mereka 3% pengangguran, sementara RI masih didera penduduk miskin 9%. Sah-sah saja proses para pihak berusaha untuk mencari keadilan,” ujarnya.
Gugatan Uni Eropa ke WTO atas kebijakan Pemerintah Indonesia patut dilawan untuk menegaskan keadilan bagi Indonesia. Selama ini, Uni Eropa sudah menikmati kekayaan alam Indonesia, dan disaat Indonesia ingin mandiri mengelola kekayaannya sendiri digugat oleh mereka.
Halaman Selanjutnya
“Saatnya kita menuntut keadilan juga dalam memperoleh manfaat atas rendahnya manfaat yang diperoleh RI atas SDA langka itu. Mau mereka dipuji-puji oleh generasi mendatang mereka, bisa menekuk negara berkembang, hanya karena ada potensi yang tidak biasa dalam berbisnis, yakni Uni E vs Just Indonesia only,” paparnya.
Sumber: www.viva.co.id